FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
|
|||
LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF
|
|||
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
|
100
MENIT
|
||
OTO
318
|
NAMA : ZUQI WARDANA
NIM : 09509131013
KELAS : M
1. FUNGSI SISTEM PENGAPIAN
Sistem pengapian
(ignition system) pada automobil berfungsi untuk menaikan tegangan baterai
menjadi 10 kV atau lebih dengan mempergunakan ignition coil dan kemudian
membagi-bagikan tegangan tinggi tersebut ke masing-masing busi melalui
distributor dan kabel tegangan tinggi.
2.
KOMPONEN SISTEM PENGAPIAN
KONVENSIONAL
A. Baterai
Menyediakan
arus listrik tegangan rendah untuk ignation coil. Baterai juga merupakan sumber
arus bagi sistem kelistrikan pada mobil.
Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai, terminal baterai, elektrolit
baterai, lubang elektrolit baterai,
tutup baterai dan sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa
sel baterai, tiap sel menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari
3 sel, dan baterai 12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.
B.
Ignition Coil
Fungsi dari Ignition koil adalah menaikan
tegangan yang di terima dari baterai menjadi tegangan tinggi yang diperlukan
untuk pengapian. Coil pengapian terdiri dari rumah logam yang meliputi lembar
pelapis logam untuk mengurangi kebocoran medan magnet. Lilitan sekunder, yamg
mempunyai lilitan lebih kurang 20.000 lilitan kawat tembaga halus dililitkan
secara langsung ke inti besi yang dilaminasi dan disambungkan ke terminal
tegangan tinggi yang terdapat pada bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi
diberikan pada inti besi, inti harus diisolasi oleh tutup dan insolator
tambahan diberikan di bagian dasar. Lilitan primer, terdiri dari 200-500
lilitan kawat tembaga yang relatif tebal, di tempatkan dekat dengan bagian luar
sekelililng lilitan sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan
resistansi lilitan primer berubah tergantung pada penggunaannya.
C. Distributor
Distributor
berfungsi membagikan arus tegangan tinggi yang dihasilkan oleh kumparan skunder
pada ignation coil ke busi pada tiap-tiap selinder sesuai dengan urutan
pengapian. Bagian-bagian ini terdiri dari:
Ø Cam (nok)
Membuka Kontak point (platina) pada
sudut cam shaftt yang tepat untuk masing-masing selinder.
Ø Kontak point
Memutuskan arus listrik yang mengalir melalui
kumparan primer dari ignation coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan
tinggi.
Ø Capasitor (condensor)
Ø Centrifugal governor advancer
Memajukan saat pengapian sesuai
dengan putaran mesin. Untuk mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat
putaran engine naik, distributor mempunyai mekanisme sentrifugal yang terdiri
dari dua buah pemberat yang mempunyai titik tumpu di bagian bawah distributor.
Kedua pemberat ini ditahan pada dudukannya oleh pegas dan berputar dengan sumbu
distributor. Jika kecepatan putar naik, pemberat terlempar ke arah luar (karena
pengaruh gaya sentrifugal) melawan tarikan pegas dan akhirnya memajukan
bubungan kontak point.Bubungan dapat bergerak bebas pada poros distributor dan
saat pemberat bergerak ke arah luar akibat gaya sentrifugal, bubungan bergeser,
atau berputar, searah dengan perputaran
poros. Hal ini membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih cepat dengan
kontak poin, dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.
Ø Vacuum Advancer
Memajukan saat pengapian sesuai
dengan beban mesin (vacuum Intake manifold).
Ø Rotor
Membagikan
arus listrik tegangan tinggi yang di hasilkan oleh ignation coil ke tiap-tiap
busi.
Ø Distributor Cap
Membagikan arus listrik tegangan
tinggi dari rotor ke kabel tegangan tinggi untuk masing- masing selinder.
D.
Kabel tegangan tinggi
Berfungsi mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignation coil ke
busi.
E.
Busi
Berfungsi mengeluarkan
arus listrik tegangan tinggi menajdi loncatan bunga api melalui elektroda.
Busi berguna untuk menghasilkan bunga
api dengan menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan oleh koil. Bunga api
yang dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan untuk memulai pembakaran
campuran bahan bakar dengan udara yang telah di kompresikan di dalam selinder.
Pada busi terdapat dua buah elektroda
yaitu elektroda tengah dan samping elektroda tengah mengalirkan arus listrik
dari distributor yang kemudian akan melompat menuju elektroda samping.Isolator
yang ada pada busi untuk mencegah bocornya arus listrik tegangan tinggi,
sehingga tetap mengalir melalui elektroda tengah dan elektroda samping terus ke
masa sambil menghasilkan bunga api dari elektroda tengah ke elektroda samping.
3.
CARA
KERJA SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Saat
kunci kontak on, kontak pemutus tertutup, arus dari terminal positif baterai
mengalir ke kunci kontak ke terminal positif (+) koil, ke terminal negatif (-) koil, ke kontak pemutus, kemudian ke
massa. Aliran arus ke kumparan primer koil menyebabkan terjadinya kemagnetan
pada coil. Cam selalu berputar karena selama mesin hidup poros engkol
memutarkan poros nok (cam shaft) dan poros nok memutarkan distributor di mana
terdapat cam di dalamnya. Karena cam berputar, maka ada saatnya ujung cam
mendorong kontak pemutus sehingga terbuka.
Jika kontak pemutus terbuka, arus yang
mengalir ke kumparan primer seperti dijelaskan di atas terputus dengan
tiba-tiba. Akibatnya kemagnetan di sekitar koil hilang / drop dengan cepat.
Dalam teori kemagnetan, jika terjadi perubahan medan magnet di sekitar suatu
kumparan, maka pada kumparan tersebut akan terjadi tegangan induksi. Karena
saat kontak pemutus terbuka arus listrik terputus, maka medan magnet pada koil
hilang dengan cepat atau terjadi perubahan garis-garis gaya magnet dengan cepat
sehingga pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan. Pada kumparan primer
juga terjadi tegangan induksi. Tegangan induksi pada kumparan sekunder disebut
dengan tegangan induksi mutual sedangkan pada kumparan primer disebut tegangan
induksi diri.
Tegangan
tinggi pada kumparan sekunder (10000 V atau lebih) disalurkan ke distributor melalui kabel
tegangan tinggi dan dari distributor diteruskan ke tiap-tiap busi sesuai dengan
urutan penyalaannya sehingga pada busi terjadi loncatan api pada busi. Tegangan
pada kumparan primer sekitar 300 sampai 500 V disalurkan ke kondensor.
Penyerapan tegangan induksi diri oleh kondensor ini akan mengurangi loncatan
bunga api pada kontak pemutus. Efek tidak terjadinya loncatan pada kontak
pemutus adalah pemutusan arus primer yang cepat sehingga menghasilkan perubahan
garis-garis gaya magnat pada koil dengan cepat pula.
Cam
yang selalu berputar menyebabkan cam kembali ke posisi bawah atau tidak
mendorong kontak pemutus sehingga pegas kontak pemutus akan bekerja mendorong
kontak pemutus sehingga kontak pemutus menutup kembali (perhatikan gambar di
atas). Pada saat ini arus dari baterai akan kembali mengalir ke kumparan primer
koil sehingga prosesnya berulang lagi (timbul medan magnet pada koil). Pada saat
kontak pemutus menutup terjadi rangkaian tertutup pada kondensor sehingga
muatan kondensor yang tadi tersimpan akan dibuang (discharge) ke massa melalui
kontak pemutus.
4.
PEMERIKSAAN
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
Pemeriksaan pendahuluan harus
dilakukan dahulu sebelum melakukan prosedur diagnosa kerusakan
yang lebih luas.
Gambar 1.2 Bidang-Bidang Pemeriksaan
Sistem Pengapian.
Ø Periksalah semua pemasangan
kawat listrik bila terbakar, isolasinya rusak
atau terminal-terminalnya longgar.
Ø Periksalah kabel bertegangan
tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan terminal-terminalnya berkarat.
Ø Periksalah koil pengapian
bila rusak atau olinya bocor.
Ø Periksalah distributornya
bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar, generator sinyal rusak atau porosnya aus.
Ø Periksalah tutup distributor
dan rotor bila retak, korosi atau elektroda-elektrodanya terbakar.
Ø Periksalah busi bila
isolasinya rusak atau ada tanda-tanda korslet.
a)
Pemeriksaan Sudut Dwell Meter
Pengertian sudut dwell
mengacu pada sudut permutaran
distributor selama kontak point tertutup. Sudut dwell harus diatur dengan benar
sesuai spesifikasi pabrik, kalau tidak kerja system akan terganggu. Jika sudut dwell terlalu kecil (celah kontak
point terlalu besar) koil pengapian mungkin tidak mendapat cukup waktu untuk
membangkitkan medan magnit, yang akan menghasilkan tegangan sekunder yang
lemah. Jika sudut dwell terlalu besar (celah kontak point terlalu kecil)
tegangan induksi primer akan melompat diantara celah kontak point, bukannya
mengisi kapasitor, collapsenya medan magnit pada koil menjadi lambat yang akan
mengakibatkan tegangan sekunder menjadi rendah.
Keausan poros distributor atau
mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan cara menaikkan putaran mesin
atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit vacuum dan mencatat variasi
sudut dwell yang terbaca.
Distributoryang memiliki perbedaan lebih dari 20perlu diperbaiki.
Gambar 1.3 Tampilan Dwell Tester
b)
Pemeriksaan Waktu Pengapian
Timing light digunakan untuk
memeriksa dan menyetel saat pengapian
sesuai dengan sudut putar poros engkol
dimana secara langsung berhubungan dengan posisi piston. Begitu saat pengapian
disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh system pengatur pegapian mekanik,
vacuum atau elektronik. Timing light
yang digunakan bersamaan dengan meter pengatur pengapian memastikan system
pemajuan pengapian bekerja sesuai dengan spesifikasi pabrik.
Gambar 1.4
Penggunaan Timing Light
c)
Pemeriksaan Timing
Advance
Pengecek timing advance
bergabung baik dengan engine analyzer maupun dengan beberapa timing light. Skala dikalibrasi dalam derajat advance. Ada
saklar putar dengan posisi ‘off’ yang memungkinkan saat pengapian diatur.
Dengan memutar penuh saklar pengoperasian cahaya dapat diubah.Dengan mengubah
RPM engine atau vacuum yang diterapkan pada unit vacuum advance tanda timing
pada pulley engine akan bergerak. Saklar putar akan memungkinkan lampu sorot
menggerakkan tanda timing kembali ke posisi pengaturan saat pengapian. Meter
pengecek advance akan menunjukkan derajat
advance engine untuk kondisi
pengoprasian engine.
d) Pemeriksaan Koil
Pengapian
Ø
Pemeriksaan Lilitan
Primer
Pemeriksaan
resistansi dan kontinu harus dilakukan untuk mengetes lilitan primer. Untuk mengetes lilitan primer, bacaan
ohmmeter bawah dihubungkan pada kedua terminal primer, dan bacaannya secara
akurat dicatat. Bacaan tersebut harus
cocok dengan spesifikasi pabrik.
Contoh: Koil
12V – 2,5 sampai 3 Ohm
Koil
Ballast – 1,5 sampai 2 Ohm
Koil
Hei – 0,8 sampai 1 Ohm.
Gambar 1.5 Pengujian
lilitan Primer
Bacaan
yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian kontinu dan faktanya tidak ada yang korslet.
Ø
Pemeriksaan
Lilitan Sekunder
Untuk mengetes lilitan
sekunder maka test resistansi dan test
kontinu harus dilakukan pada lilitan sekunder. Ohmmeter (Diatur pada salah satu
rentang yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu
dari terminal primer. Pabrik
menentukan rentang resistansi dimana
nilai sekundernya berada. Pengaturan umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara
9.000 dan 12.000 ohm.
Gambar 1.6 Pengujian lilitan sekunder
Bacaan
yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan baik rangkaian yang lengkap dengan hubungan
yang baik pada lilitan primer, maupun lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan.
e)
Pemeriksaan Kondensor Pengapian
Ada tiga pengujian yang harus
dilakukan terhadap kondensor:
~Kebocoran Þ untuk memastikan arus tidak bocor
melalui bahan penyekat dielektrik.
~Kapasitas Þ
untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan kondensor _____________________mempunya kapasitas untuk
menyimpan semua enerji listrik.
~Resistansi seri Þ
untuk memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat.
f)
Pemeriksaan Kontak Point
Kontak
point pengapian memerlukan perawatan yang tinggi walaupun berharga murah yang sangat
penting dalam system pengapian. Jika ada keragu-raguan terhadap kontak point
segeralah ganti. Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan
pemakaian normal, permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukkan salah
satu dari:
-
celah terlalu kecil.
-
Kondensor rusak
-
Lilitan koil rusak.
Pemeriksaan lainnya:
-
kekuatan pegas.
-
Kabel listrik dan
sambungan.
-
Celah kontak point.
-
Keausan poros cam
distriburtor.
g)
Pemeriksaan Ballast Resistor
Ballast
resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat engine
masih dingin dan pada temperatur kerja.
Gambar
2.1 Pengujian Ballast Resistor
h)
Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi dan Tutup Distributor
Resistansi
kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan menggunakana
ohmmeter.
Gambar 2.2 Pengujian
Kabel tegangan tinggi
Rentang
nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 – 25 K ohm,
tergantung panjangnya. Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi
tinggi harus dilepas dari distributor. Terminalnya harus dilepas,
periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat. Tutup distributor harus diperiksa secara
visual untuk mengetahui keretakan, terminal yang berkarat atau rusak.
5.
DATA HASIL PRAKTEK
No
|
Nama bagian
|
Hasil
|
Spesifikasi
|
1
|
Keausan sudut cam
|
baik
|
|
2
|
Kelonggaran cam
terhadap poros
|
baik
|
|
3
|
Kondisi platina
|
baik
|
|
4
|
Terminal tutup
distributor
|
Bersih
|
|
5
|
Kapasitas condensor
|
0,22 micro farad
|
0,22-0,24 microfarad
|
6
|
Kabel tegangan tinggi
a. Silinder 1 dan 2
b. silinder 3 dan 4
c. koil
|
4,5 KΩ dan 7,5 KΩ
8,5 KΩ dan 4,5 KΩ
5 KΩ
|
5-10 KΩ
|
7
|
Kondisi ignition koil
a.kumparan primer
b.kumparan sekunder
c.terminal tegangan
tinggi
|
3,5 KΩ
14 KΩ
baik
|
1-3 KΩ
|
8
|
Kondisi busi
Silinder 1
Silinder 2
Silinder 3
Silinder 4
|
Merk denso Gap 0,8mm
Merk denso Gap 0,8mm
Merk denso Gap 0,8mm
Merk denso Gap 0,8mm
|
Gap 0,8mm
|
terimakasih artikelnya sangat membantu :)
ReplyDeletemengenai artikel ini bolehkah saya minta file berbentuk pdf.
ReplyDeletesaran juga bahwa gambar tidak ada / tidak bisa dibuka
jos mas tapi gambarnya hilang
ReplyDelete